Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ADAT ISTIADAT PADA IBU HAMIL DI INDRAMAYU DALAM MEMPERINGATI MASA 4 BULAN DAN 7 BULAN KANDUNGAN DALAM SUDUT PANDANG HUKUM ADAT SETEMPAT

 

Semarang, 7 April 2022


Disusun Oleh : Ananda Alfikro 2102056095

 

A.    PENGERTIAN ADAT NGUPATI DAN MEMITU

Masyarakat Jawa ini merupakan salah satu masyarakat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak se nusantara,   karena banyaknya penduduk Jawa ini hampir setengahnya dari total seluruh penduduk Indonesia. Oleh karena banyaknya penduduk tersebutlah maka tak heran apabila di mana mana kita sering menemukan etnis atau suku Jawa tersebut. Suku Jawa ini sendiri juga terbagi lagi ke dalam beberapa bagian dan budaya  menurut daerah dan kebiasaan serta adat istiadat yang berlaku di daerah tersebut. Seperti yang sudah kita bahas pada ulasan sebelumnya, bahwasannya masyarakat Jawa sangat identik dengan acara selametan mulai dari seseorang yang masih dalam kandungan, lahir, anak anak, remaja, pernikahan hingga ia meninggal, semua fase tersebut memiliki upacara tersendiri bagi umat Jawa tersebut secara keseluruhan.

Dalam masyarakat indramayu mengenal dan menjaga tradisi leluhur dalam rangka syukuran atas masa kehamilan seorang Wanita baik dari masa 4 bulan kandungan dan masa 7 bulan kandungan. Untuk masa 4 bulan kehamilan, masyarakat Indramayu menyebutnya dengan nama ngupati yaitu bentuk cara berterima kasih dan bersyukur kepda tuhan yang maha esa atas karunia dan Amanah karena telah menitipkan kandungan ( jabang bayi ) kepada keluarga yang sedang mengharapkan sebuah momongan bayi.  Dan dalam pelaksanaan  upacara ngupati tersebut, biasanya juga diisi dengan pembacaan ayat ayat suci Al-quran yang bertujuan agar sejak dalam kandungan  bayi tersebut sudah dekat dengan sang pencipta. Seperti, misalnya manakala orangtua dari bayi menginginkan si kandungan itu lahir laki laki maka orang tua atau keluarga membacakan surat yusuf agar kelak si anak mempunyai ketampanan dan keberanian yang sama dengan nabi Yusuf Alaihisalam. Namun, Ketika orang tua menginginkan agar anak yang dikandungnya menjadi anak Wanita maka orang tua dan keluarga membacakan surat Maryam yang dengan perantara bacaan surat Maryam tadi bisa menjadikan anak yang dikandungan menjadi tabah dan sabar seperti siti Maryam.

Ngupati berasal dari kata bahasa jawa yaitu papat (empat). Tradisi Ngupati adalah tradisi bagi ibu hamil yang usia kehamilannya menginjak 4 bulan. Saat usia 4 bulan saatnya Allah meniupkan roh kepada si janin melalui ngupati semoga diberi roh yang baik. Ngupati biasanya digelar dirumah ibu hamil dengan cara selamatan kenduri yang mengundang bapak-bapak dari tetangga desa.[1]

Selanjutnya adalah Memitu adalah salah satu prosesi selamatan 7 bulan atas kehamilan seorang istri dan dipercaya oleh masyarakat indramayu pada masa 7 bulan ini seorang janin sudah terbentuk dengan sempurna bentuk badannya oleh karena itu harus di doakan oleh keluarga dengan melakukan Memitu. Istilah memitu berasal dari kata mitu atau pitu (bahasa Jawa) yang artinya tujuh. Maksudnya di sini adalah upacara yang dilaksanakan pada masa kehamilan menginjak tujuh (7) bulan. Maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara ini yaitu bersyukur kepada Tuhan karena rumah tangganya dibarokahi dengan diberi keturunan. Selain itu adalah memohon agar diberi keselamatan baik bagi si ibu maupun jabang bayi pada saat melahirkan nanti. Disamping juga memohon agar si jabang bayi lahir dengan tanpa cacat dan menjadi anak yang baik, dan membawa pengaruh sejahtera kelak hidup di dunia. Pelaksanaan upacara memitu/tingkeban yaitu pada waktu usia kandungan tujuh bulan. Tepatnya dilaksanakan pada salah satu tanggal berikut yaitu: tanggal 7, 17 atau 27, disesuaikan dengan kesiapan yang bersangkutan.[2]

Di Indramayu biasanya acara ini di laksanakan oleh sepasang suami istri yang sedang menantikan anak pertama. Maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara ini yaitu bersyukur kepada Allah SWT, karena rumah tangganya dibarokahi dengan diberi keturunan. Selain itu adalah memohon agar diberi keselamatan baik bagi si ibu maupun jabang bayi pada saat melahirkan nanti. Disamping juga memohon agar si jabang bayi lahir dengan tanpa cacat dan menjadi anak yang baik, berbakti kepada orang tua dan membawa pengaruh sejahtera kelak hidup di dunia. Dalam Naskah Murtasiyah Cirebon kandungan atau kehamilan disebut dengan bobotan, bobotan sira iku, den sering sira sidekah; selama kehamilanmu sering-seringlah beramal sedekah. Sedekah dalam konteks tradisi tentunya identik dengan memberikan makanan atau sejumlah uang kepada orang lain. Sedekah dalam konteks agama juga dianjurkan, yang manfaatnya agar terhindar dari bencana. Oleh karenanya, upacara tradisi yang berhubungan dengan kandungan, terutama Memitu, Nujuh Bulan, Nebus Weteng, dan Rujakan, identik dengan bagi-bagi sedikit rezeki.[3]

B.     PROSESI NGUPATI DAN MEMITU DI KABUPATEN INDRAMAYU

            1. NGUPATI

Mengenai masalah prosesi meskipun sama sama satu kabupaten namun, beberapa desa dan kecamatan di indramayu memiliki acara dan kegiatan Ngupati yang bervariasi namun, secara umum memang dalam satu kabupaten indramayu memiliki kesamaan. Oleh karena itu, penyusun membagi wilayah indramayu kedalam 3 wilayah supaya pembaca memahami perbedaan dan kesamaan setiap daerah.

A). Wilayah Indramayu Barat

Untuk wilayah indramayu barat biasanya acara ngupati di awali dengan pembuatan BONGKO/ LONGSONG/ KUPAT atau dalam Bahasa bakunya adalah lontong yakni sejenis makanan olahan beras yang dimaasukan ke dalam daun pisang dan kemudian direbus. Bentuk dan citarasanya sama dan mirip dengan ketupat. Biasanya kita menemukan lontong yang dimakan dengan soto. Setelah membuat Bongko atau Longsong kemudian dilanjutkan dengan membuat JANGANAN AYAM atau Sayur Opor Ayam yang biasanya berbahan kentang, labu, ayam, wortel. Perbedaan sayur Opor Ayam dengan sayur Asem adalah warna kuah yang mana sangat berbeda untuk Sayur opor ayam ini berkuah merah dengan di tambahkan santan dan rasanya pedas. Seetelah dari segi makanan sudah selesai lalu dimulailah acara Ngupat yakni seperti Tahlilan, Pembacaan Maulid Nabi atau Pembacaan surat Al quran seperti yang tadi sudah dijelaskan diatas. Setelah acara Ngupat selesai maka dilanjutkan pembacaan doa oleh tokoh ulama setempat dan di akhiri dengan pemberian makanan yang telah tadi disiapkan oleh pihak keluarga. Dalam Bahasa indramayu biasa disebut dengan kata BERKAT yang mana itu sebagai sebuah symbol yang penuh makna yang biasa diartikan bahwa berkat yang diberikan semoga menjadi keberkahan buat keluarga dan orang yang menerimanya.

B).  wilayah Indramayu Selatan

Kebanyakan dan secara global sama prosesi Ngupat nya dengan wilayan indramayu barat Cuma ada beberapa tambahan yang mana itu di lakukan di wilayah indramayu selatan yakni seperti penambahan acara KIDUNGAN atau BUJANGGAAN yang mana kidungan berarti melafalkan atau menceritakan kisah kisah heroik pewayangan dan  biasanya untuk judul yang akan diceritakan merupakan keinginan atau permintaan dari sang orang tua sendiri yang menginginkan anaknya dapat memiliki perilaku, watak dan karakter dari tokoh wayang yang diceritakan.

C).  Wilayah Indramayu Timur

Untuk wilayah indramayu timur itu lebih dominan mirip dengan indramayu barat dimana tidak menghadirkan Kidungan atau Bujanggaan sebagai hiburan melainkan menyewa seorang penceramah dan melakukan sebuah doa Bersama.

 

2. MEMITU

Prosesi memitu biasanya dilaksanakan pada waktu pagi atau sore hari dimana memitu secara gampang acara memitu adalah proses memandikan ibu atau istri yang sedang mengandung anak tersebut. Ibu yang mengandung tersebut dimandikan dengan air bunga dan dengan cara duduk dikursi yang telah disediakan. Dan ditaruhkannya buah kelapa dan telur dipangkuannya ibu yang mengandung tersebut,buah kelapa yang dipilih untuk ritual tersebut kelapa yang berwarna kuning yang masih muda dan berbentuk lonjong, dan orang rumah menyebutnya kelapa(kedding). Sedangkan telurnya menggunakan telur ayam kampung setelah selesai dimandikan ibu berdiri dengan melepas buah kelapa dan telur tersebut secara bersamaa ketika kelapa dan telur itu jatuh kelapa tersebut diambil oleh ibunya yang hamil atau ibu mertuanya. yang menyimbolkan kebahagiaan yang diterima dari kedua orang tua tersebut atas lahirnya seorang cucu tersebut dengan selamat. dan telurnya yang jatuh tersebut diinjak oleh ibu yang mengandung. Netasnya telur dengan cara mudah dengan diinjak menyimbolkan mudahnya proses kelahiran sang ibu. hal ini yang di inginkan keluarga agar  proses kelahiran mudah dan lancar. Ritual ini diyakini oleh masyarakat didarahsang penulis sejak zaman nenek moyang.

Untuk  makanan atau dalam Bahasa Indramayu menyebutnya dengan  kata SUGUHAN yang harus disediakan oleh pihak keluarga penyelenggara mempunyai makna dan filosofi terkait. Makanan yang disuguhkan antara lain

1. Rujak

Rujak tersebut mempunyai bahan dasar buah buahan manis dan yang berasa masam dengan tambahan sambal yang pedas. Itu menggambarkan bahwasannya manusia hidup di dunia penuh cobaan, ujian, kesenangan dan kesengsaraan

2. Nasi Tumpeng dengan satu ekor ayam panggang

Menurut masyarakat Indramayu tumpeng memiliki arti TUNTUNAN KANG LEMPENG yang berarti jalan yang yang benar dan di ridhoi Allah SWT. Tumpeng juga memiliki bentuk mengerucut keatas yang memiliki arti bahwa manusia hidup didunia akan semakin menjulang ke atas maka dari itu harus bisa Muhasabah diri dan beperilaku tolong menolong. Sedangkan, ayam bakar yang letakan terbalik dengan posisi kepala dibawah dan kaki diatas serta sayap yang di tekuk, hal ini melambangkan bahwasnnya hidup di dunia jangan lupa akan Allah SWT dan mengabaikan semua perintahya yakni sholat.

3.  Dodol Lolos

Dodol Lolos mempunyai tekstur dan rasa yang sama dengan dodol pada umumnya Cuma mempunyai perbedaan dimana dodol tersebut disajikan didalam daun pisang yang sudah dilumuri minyak kemudian digulung. Hal tersebut melambangkan bahwa manusia kelak kapan atau kapan pasti akan mengalami kematian dan badannya akan dibungkus kain kafan. Maka dari itu, jangan lupa berbuat baik dan meninggalkan kemaksiatan duniawi.

4. Kupat dan Lepet

Kupat merupakan salah satu makanan tradisional khas Indramayu dengan berbahan dasar beras ketan ditambahkan kacang tanah yang di bungkus daun pisang dan kemudian diikat dengan tali. Atau gampangnya bentuk kupat sama seperti ketupat Cuma berbead dalam bentuk dan tampilan. Kupat mempunyai makna NGAKU LEPAT bahwasannya manusia hidup di dunia harus bisa mengakui kesalahannya. Sama halnya dengan Lepet yang mempunyai makna LEP SING RAPET maksudnya Ketika seseorang mempunyai kesalahan jangan sebarkan aib atau kesalahan seseorang itu.

Selain dari segi makanan atau sajian ada juga bahan persiapan untuk acara Memitu itu sendiri. Barang yang perlu disiapkan antara lain:

1. Kelapa Muda yang Masih berwarna kuning

           Kelapa yang masih menguning tersebut kemudian akan diukir tokoh pewayangan seperti pandawa, gatotkaca dan lain sebagainya sesuai dengan keinginan orang tua dari bakal calon bayi. Semisal orang tua tersebut menginginkan anak laki laki yang berkarakter seperti Arjuna maka, akan dilakukan pengukiran pada kelapa tersebut berbentuk replika wayang Arjuna.

2.  Rumah Penutup Untuk Memandikan sang calon Ibu

      Berbentuk semi permanen yang dibuat dengan menggunakan bambu yang kemudian dilapisi kain batik dan juga kertas warna warni. Kemudian diberikan atap yang menjulang dan di tancapkan uang kisaran Rp. 50.000 atau Rp. 100.000 rupiah. Ukurannya hanya sekitar 1,5 meter x 2 meter saja.lalu, disamping rumah bambu tersebut digantungkan aneka makanan maupun minuman serta uang receh kisaran Rp. 2000 sampai Rp. 5000 yang di ikatkan melalui benang.

3. Sebuah Kendi kecil dengan Telur Ayam Kampung

            Kendi yang berukuran kecil dengan telur ayam kampung yang diletakan diatas kendi tersebut sehingga si telur menutupi lubang masuk kendi.

4. Air bersih yang diberikan air kembang 7 rupa

        Biasanya air yang digunakan fleksibel sesuai dengan jumlah keluarga atau muhrim yang akan memandikan calon ibu dari sang anak. Kemudia, diberikan kembang 7 rupa yang bisa mendatangkan energi karena pada dasarnya orang yang sedang hamil sangat membutuhkan tenaga dan salah satu upaya pemberian tenaga dengn menggunakan kembang

5. Ikan Gabus atau Belut

Ikan gabus dan belut akan menjadi perlambang pada saat memandikan ibu hamil yakni dengan memasukan ikan atau belut tersebut kedalam kain yang menjadi penutup ibu hamil tersebut hal itu guna sebagai kiasan kelak diharapkan dapat melahirkan dengan selamat dan baik baik saja

6. Tunas kelapa yang dimsukan ke dalam Gentong Tanah Liat

Tunas kelapa teresebut dimasukan ke dalam gentong tanah liat yang didalamnya sudah isi uang koin, permen, beras kuning. Yang melambangkan setiap kelahiran pasti ada kematian dan setiap kehidupan sudah diatur rejeki, musibah dan kematian dari sang maha pencipta.

Persiapan pokok untuk melaksanakan upacara Memitu/Memiton/Tingkeban adalah mempersiapkan :

1.      Jarit atau tapih (kain panjang) 7 lembar dan masing-masing lembarnya memiliki warna    yang berbeda.

2.      Pendil atau belanga (semacam tembikar yang pada jaman dulu dipakai untuk mengambil air) yang berisi air, berbagai jenis tanaman dan beberapa uang logam

3.      Kembang tujuh rupa

4.      Sesaji yang berisi antara lain : Nasi wuduk, Juwadah pasar, Rujak parud, rujak asem, rujak pisang, rujak selasih, Aneka buah dan umbi, dan tebu wulung.

5.      Kelapa muda yang telah digambar salah satu tokoh wayang (biasanya tokoh Arjuna atau Srikandi

Pelaksanaan upacara memitu/tingkeban yaitu pada waktu usia kandungan tujuh bulan. Tepatnya dilaksanakan pada salah satu tanggal berikut yaitu: tanggal 7, 17 atau 27, disesuaikan dengan kesiapan yang bersangkutan. Tempat penyelenggaraan upacara adalah di rumah pasangan yang bersangkutan atau di rumah orang tua salah satu pasangan. Lokasinya biasanya di luar rumah di tempat yang agak leluasa agar bisa dilihat oleh para tamu. Upacara Memitu/Tingkeban dipimpin oleh seorang lebe atau sesepuh dari kaum alim ulama setempat. Pimpinan upacara biasanya membacakan doa syukuran dan membacakan surat Lukman, sekaligus menutupnya dengan doa Al Barokah. Sedangkan upacara mandi dipimpin oleh dukun bayi atau paraji. Pihak utama yang terlibat upacara adalah ibu yang sedang hamil tersebut dengan suaminya, orang tua kedua belah pihak, kerabat dari kedua belah pihak, lebe atau sesepuh yang akan memimpin upacara, dan dukun bayi atau paraji yang memimpin upacara mandi. Pihak lainnya adalah tetangga dan handai taulan dari kedua belah pihak.[4]

Jalannya Upacara dimulai dengan Sesajen tersebut di atas dihajatkan kepada para undangan. Setelah itu para undangan pulang, sambil pulang para undangan menghampiri ibu yang sedang diupacarai di tempat ia akan dimandikan oleh kaum ibu, biasanya yang sudah sepuh atau sesepuhnya. Setelah para undangan pulang, ibu yang sedang hamil tersebut dimandikan sambil berganti ‘jarik’ kain panjang sebanyak tujuh (7) kali. Pada saat penggantian jarik yang ketujuh, kelapa muda yang telah digambari wayang dijatuhkan oleh dukun paraji/dukun bayi melalui jarik dan harus ditangkap oleh suami ibu yang hamil sebelum jatuh ke tanah.

Setelah selesai dimandikan oleh para keluarga dari kedua belah pihak kemudian, pihak suami mengambil belut atau ikan gabus lalu dimasukan kedalam kain yang telah terbentang dan menjatuhkan ikan atau belut tadi yang melambangkan harapan keluarga. Yakni, semoga ibu dan bayi yang dikandungnya kelak bisa selamat dan dalam kondisi baik baik saja. Berikutnya dimulai dengan pembelahan buah kelapa yang tadi telah diukir biasanya, orang yang membelah kelapa tersebut adalah ayah ataupun suami dari istri sebagai calon ayah dari janin yang dikandungnya.

Kemudian kendi yang didalamnya terdapat tunas kelapa, uang koin, permen dan beras yang telah diberi kunyit dibawa oleh suami dan dipecahkan di tengah lapangan. Otomatis setelah itu banyak anak anak yang berebut uang koin tersebut sembari kegiatan itu pihak istri kemudian meninggalkan tempat pemandian yakni rumah bambu tersebut menuju Kembali kedalam rumah. Setelah semuanya acara selesai rumah atau bilik yang dibuat dengan bahan bambu tersebut di rusak dan para warga berebut makanan, uang atau minuman yang digantungkan di bambu tersebut. Suasana menjadi ramai karena para warga berebut hdiah utama di atas puncak nya yakni uang senilai Rp. 50.000 atau Rp.100.000 rupiah.

Selanjutnya suami dan istri Kembali masuk kedalam kamar dan mengganti baju. Para warga berkumpul karena setelah acara itu diadakan acara tahlil atau pembacaan maulid nabi. Jika semuanya telah usai maka air bersih sisaan dari Wanita yang melakukan acara Memitu di jadikan mandi Bersama untuk keluarga pihak suami dan pihak isri.

C.    HUBUNGAN ADAT  NGUPATI DAN MEMITU MENURUT HUKUM ADAT

             Masalah Hukum Adat yang melekat pada acara Ngupati dan Memitu dalam menurut pandangan Masyarakat Indramayu tentunya banyak sekali referensi dan juga doktrin seseorang yang dipercaya sampai turun temurun sampai sekarang. Oleh karena itu, izinkan Penyusun menjelaskan beberapa Hukum Adat yang mengikat dan melekat pada masalah ini khususnya terkait Ngupati dan Memtitu

1.      Acara memitu dan ngupati hanya berlaku bagi pasangan pengantin yang sah secara agama dan secara undang undang. Maksudnya orang yang hamil dan melahirkan tapi bukan dalam kondisi hamil pra nikah maka anak ataupun Wanita tersebut dilarang melaksanakan acara ngupati atau memitu.

2.      Wajibnya melaksanakan Ngupati dan Memitu di kelahiran pertama dan itu di tekankan dan di wajibkan. Untuk kelahiran ke dua atau selanjutny hanya bersifat terserah pihak keluarga saja.

3.      Dalam Hukum Adat Indramayu Biasanya orang yang lahir diluar nikah biasanya tidak bolehkan mengikuti atau menetap dengan ayah kandungnya dikarenakan tidak sah dan tidak wajar. Oleh karena itu, peran acara Ngupat dan Memitu sangat berperan penting selain sebagai nilai kebudayaan juga sebagai pengingat sah nya pasangan suami istri.

4.      Sebagai salah satu cara mempererat tali silaturahmi sesame karena memang pada saat pelaksanaan Ngupat dan Memitu dibutuhkan banyak sekali personel atau bantuan yang melibatkan banyak orang. Hal ini disebabkan salah satu unsur terpenting dalam hukum adat di Indramayu adalah unsur kebersamaan atau persilaturahmian.

5.      Dengan adanya Memitu dan Ngupat seseorang bisa mengetahui status sosial orang di masyarakat. Karena masyarakat indramayu menggunakan system pekawinan adat ELEUTHEROGAMI yakni pernikahan adat campuran

6.      Biasanya untuk orang yang melakukan pernikahan campuran biasanya di adakan acara tambahan seperti tolak bala seperti shodaqoh dan lain sebagainya yang bisa mengenalkan hukum adat masyarakat indramayu.

 

Kesimpulan

Dalam masyarakat indramayu mengenal dan menjaga tradisi leluhur dalam rangka syukuran atas masa kehamilan seorang Wanita baik dari masa 4 bulan kandungan dan masa 7 bulan kandungan. Untuk masa 4 bulan kehamilan, masyarakat Indramayu menyebutnya dengan nama ngupati yaitu bentuk cara berterima kasih dan bersyukur kepda tuhan yang maha esa atas karunia dan Amanah karena telah menitipkan kandungan ( jabang bayi ) kepada keluarga yang sedang mengharapkan sebuah momongan bayi.  Dan dalam pelaksanaan  upacara ngupati tersebut, biasanya juga diisi dengan pembacaan ayat ayat suci Al-quran yang bertujuan agar sejak dalam kandungan  bayi tersebut sudah dekat dengan sang pencipta. Seperti, misalnya manakala orangtua dari bayi menginginkan si kandungan itu lahir laki laki maka orang tua atau keluarga membacakan surat yusuf agar kelak si anak mempunyai ketampanan dan keberanian yang sama dengan nabi Yusuf Alaihisalam. Namun, Ketika orang tua menginginkan agar anak yang dikandungnya menjadi anak Wanita maka orang tua dan keluarga membacakan surat Maryam yang dengan perantara bacaan surat Maryam tadi bisa menjadikan anak yang dikandungan menjadi tabah dan sabar seperti siti Maryam.

Untuk wilayah indramayu barat biasanya acara ngupati di awali dengan pembuatan BONGKO/ LONGSONG/ KUPAT atau dalam Bahasa bakunya adalah lontong yakni sejenis makanan olahan beras yang dimaasukan ke dalam daun pisang dan kemudian direbus. Bentuk dan citarasanya sama dan mirip dengan ketupat. Biasanya kita menemukan lontong yang dimakan dengan soto. Setelah membuat Bongko atau Longsong kemudian dilanjutkan dengan membuat JANGANAN AYAM atau Sayur Opor Ayam yang biasanya berbahan kentang, labu, ayam, wortel. Perbedaan sayur Opor Ayam dengan sayur Asem adalah warna kuah yang mana sangat berbeda untuk Sayur opor ayam ini berkuah merah dengan di tambahkan santan dan rasanya pedas. Seetelah dari segi makanan sudah selesai lalu dimulailah acara Ngupat yakni seperti Tahlilan, Pembacaan Maulid Nabi atau Pembacaan surat Al quran

            Prosesi memitu biasanya dilaksanakan pada waktu pagi atau sore hari dimana memitu secara gampang acara memitu adalah proses memandikan ibu atau istri yang sedang mengandung anak tersebut. Ibu yang mengandung tersebut dimandikan dengan air bunga dan dengan cara duduk dikursi yang telah disediakan

 

                                                 DAFTAR PUSTAKA

Artikel desa Pejengkolan kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen, Tradisi Ngupati bagi ibu hamil desa Pejengkolan, kebumen, 2021 https://pejengkolan.kec-padureso.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/323

 

Galba, Sindu, Ria Intani. dkk. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

 

Kendi Setiawan, Jurnal Ilmiah Universitas Islam Nusantara, Korelasi Tradisi Nebus Weteng dan Naskah Serat Murtasiyah Cirebon

 

Ray mengku sutentra, S.S, selaku Ketua Dewan kesenian indramayu yang telah memberikan pengetahuan dan pendapatnya terkait materi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

LAMPIRAN FOTO

1. FOTO ACARA MEMITU





 

2. FOTO RUJAK DAN KELAPA UKIR


 






[1] Artikel desa Pejengkolan kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen, Tradisi Ngupati bagi ibu hamil desa Pejengkolan, kebumen, 2021 https://pejengkolan.kec-padureso.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/323

[2] Galba, Sindu, Ria Intani. dkk. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

[3] Kendi Setiawan, Jurnal Ilmiah Universitas Islam Nusantara, Korelasi Tradisi Nebus Weteng dan Naskah Serat Murtasiyah Cirebon

[4] Galba, Sindu, Ria Intani. dkk. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat Indramayu. Bandung: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata

Posting Komentar untuk "ADAT ISTIADAT PADA IBU HAMIL DI INDRAMAYU DALAM MEMPERINGATI MASA 4 BULAN DAN 7 BULAN KANDUNGAN DALAM SUDUT PANDANG HUKUM ADAT SETEMPAT"