Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Paradigma politik ibnu taimiyah dan kontekstualisasinya di era sekarang

 Ibnu taimiyyah adalah seorang pemikir islam yang pemikirannya menimbulkan pro dan kontra karena ada beberapa kalangan yang menganggap bahwa pemikiran itu adalah sebuah pemikiran yan rancu. Namun pemikiran ibnu taimiyyah sering digunakan oleh wahabi dan salafi. Ibnu taimiyyah bukanlah orang yang fanatik terhadap agama  beliau berpendapat bahwa negara dan agama adalah 2 hal yang saling berkaitan dan saling membutuhkan. 

Konsep negara ibnu taimiyyah  

  1. Menolak ijma dalam mendirikan agama 

  2. Menolak ahlul wa al-aqd (seperti DPR pada jaman sekarang) 

  3. Menawarkan adanya al-syawkah (orang yang kedudukan nya sangat dihormati di masyarakat)

  4. Rakyat dilarang melakukan pemberontakan dan penggulingan terhadap pemerintahan karena dinilai memiliki kemudhorotan lebih besar dari pada manfaatnya)


Landasan seseorang bisa menjadi seorang pemimpin menurut ibnu taimiyyah ada 3 

  1. Kejujuran 

  2. Kekuatan

  3. Kewibawaan 

Ibnu taimiyyah menekankan bahwa dalam memilih penjabat penjabat harus sesuai dengan keahlian dan profesi serta syarat quwwah memegang peran penting dalam urusan kenegaraan, membimbing dan mengayomi. Rakyat harus patuh terhadap kepala negara, rakyat tidak diperbolehkan memberontak 

Ibnu taimiyyah adalah orang yang meragukan teori kholifah sunni yang dianggap kolot dan juga kemutlakan imamah dalam syiah 

Menurut ibnu taimiyyah apapun bentuk sebuah negara yang terpenting adalah adanya “a religious necessity” karena sebuah keadilan lebih penting dari bentuk negara itu sendiri 

Politik islam ( as-siyasah as-syar’iyyah)

Politik islam secara etimilogi diambil dari kalimat sya sya, yasyu-su syiya-syatan, yang berarti mengatur, mengendalikan, mengurus atau membuat keptusan. 

Politik secara terminology adalah berkaitan dengan pemegang kekusaan yang berkewajiban menyampaikan amanat kepada yang berhak serta terkait dengan hubungan pemerintah dengan rakyat

Jadi, politik adalah pengendalian dan pengaturan dalam mencapai tujuan untuk kemaslahatan Bersama

Paradigma politik islam ( as-siyasah as-syar’iyyah) ibnu taimiyyah

  1. Kosmopolitanisme 

  2. Kekhalifahan orang quraisy tidak relevan dan tidak urgen

  3. Pemimpin

  4. Bentuk negara dan institusi negara

  5. Pemikiran 

Kesimpulan

Politik dan agama adalah satu kesatuab yang tidak dapat di pisahkan agama tanpa kekuasaan juga sama halnya dengan berpolitik tanpa agama, maka politik islam adalah ideal untuk menjawab bagaimana arah politik berlangsung, serta pemikiran ibnu taimiyyah berkaitan dengan politik islam masih relevan dengan mengedepankan kebebasan individu, terbuka, menolak korup, hingga bagaimana pemimpin semestinya memimpin sesuai syari’at (al-qur’an dan al-hadist)


DIVISI DISKUSI & KAJIAN, PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MAHASISWA

Posting Komentar untuk "Paradigma politik ibnu taimiyah dan kontekstualisasinya di era sekarang"